RAGAS & TINA
Karya : LENTERA “Kreasi Musik Karangsari Clering” *1
Syair Lagu
Bagai seruling sangkakala
Bangunkanku dari tidur yang panjang
Masih adakah sebuah kemungkinan diriku dirimu
‘Tuk sejenak merenungi perjalanan hari ke hari, bulan, tahun yang t'lah berlalu …
Indah rembulan terbelah
Dongengan cinta anak manusia
Ragas & Tina saling mencinta
Hidup di gunung berteman rimbun daun
Bernyanyi bersama kicau burung-burung
Membentang luas hijau sawah dan ladang
Abadi tersimpan indah dalam kenangan
S'pasang mata bertemu pandang
Senyum tersipu
Ragas & Tina makin merindu
Hidup di gunung berteman rimbun daun
Bernyanyi bersama kicau burung-burung
Membentang luas hijau sawah dan ladang
Abadi tersimpan indah dalam kenangan
Kini kubaca kembali anak negri
Hidup terasing di bumi pertiwi
Rakusnya tanam ke-tidak adil-an
Tindas mereka di sawah dan ladang
Oh, Ragas dan Tina
Di sini aku berdiri
Di sini aku terlahir kembali
Sayatan-sayatan serulingmu
Ingatkan aku nenek moyangmu…
Konsep Karya
Lagu ini berkisah gambaran indah gunung Ragastina di Dukuh Karangsari Desa Clering. Ada kerinduan mengenang indahnya gunung dengan mengabadikannya ke dalam lagu dengan sentuhan dongeng cinta sepasang anak manusia yang saling mencinta : “Ragas & Tina”. Yakni, sebuah nama yang diambil dari nama gunung Ragastina ini. Gunung yang dulu dipahami sebagai anugerah Tuhan dengan indahnya panorama alam, tumbuh hijau pohon bersemi, riuh kicau burung bernyanyi, dan tergambar pula hamparan sawah dan ladang yang melingkar indah. Seiring sejuk hembusan sang bayu, senyum bahagia pun terpancar mesra usai musim panen tiba. Namun, semua itu kini telah berganti panas, gersang dan tandus oleh datangnya gerusan industri Tambang Batu Feldspar yang mulai tak ramah bagi lingkungan. Diantaranya, ribuan debu yang beterbangan di sana-sini, masuk rumah dan sekolah, yang tentu cukup mengganggu kesehatan dan lain-lain.
Lebih lanjut, sikap hidup masyarakat yang dulu dikenal santun, ramah lingkungan, sederhana, jujur, lugu dan bersahaja, perlahan ada yang mulai berganti masyarakat individualis-matrealis yang hanya mementingkan diri sendiri demi kepentingan ekonomis semata. Sehingga, tingkat penghargaan dan kepedulian pada indahnya alam mulai memudar. Masih tergambar pula dengan jelas, ketika suasana desa yang dulu damai bersahabat, anak-anak riang bermain di pematang sawah yang hijau, sembari terdengar alunan seruling anak gembala sayup terdengar damai menghibur, membawa suasana khas pedesaan yang sungguh sayang untuk dilewatkan, yang telah menjadi sebuah ciri khas alam pedesaan sebagai tradisi warisan leluhur.
Dengan suasana damai seperti itu, maka wajar bila nenek moyang kita dulu, dalam proses hidupnya banyak meninggalkan warisan tata budaya dalam karya-karyanya, dengan beragam media dan bahasa. Misal, kesenian “Gejok Lesung”, yakni sebuah rangkaian alunan nada bertalu seiring tumbukan padi yang usai dipanen adalah sebuah cerminan sikap hidup gotong-royong dalam menumbuk padi yang riang gembira, penuh semangat dan cita rasa estetis yang khas. Atau, misalnya “Local Genius” pada karya dongeng-dongeng yang melegenda tembus zaman, yang masih dapat kita nikmati sampai sekarang lengkap dengan berbagai permainan anak-anak yang sangat beragam dan mendidik.
Bila dicermati lebih jauh, kemunculan semua itu, tentu merupakan sebuah rangkaian proses kreatif kesadaran hidup yang terencana, dalam mengekspresikan suatu peristiwa, yang menyimpan pesan sarat makna : baik moral, sosial maupun spiritual masyarakat. Sehingga pada akhirnya bisa disimpulkan dengan bijak, bahwa semua itu merupakan bukti nyata sumbangsih tiap generasi di zamannya dalam rangka untuk mempersembahkan yang terbaik yang bisa berawal dari : apa yang dilihat, didengar, dirasa dan lain sebagainya yang mengendap dalam hati dan tumbuh dalam jiwa masyarakat desa. (bersambung ke...*2)
*1) Disusun Oleh : LENTERA “Kreasi Musik Karangsari Clering”
Alamat : Dukuh Karangsari RT 003 RW 001 Desa Clering,
Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah,
Kode Pos 59454, Telp. 0857 273000 42
0 komentar:
Posting Komentar